Headline

Recent Posts

(SUSANTO SANTAWI) NIM : 20082299 SEMESTER VII (EKSEKUTIF) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KHAIRIYAH CILEGON

Selasa, 06 April 2010

SUSANTO SANTAWI

dinasti abbasiyah kemajuan dan kemundurannya

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Dinasti Abbasiyah Kemajuan dan Kemundurannya” dengan tepat waktu. Tidak lupa Shalawat dan Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada guru kami, bapak Rudi Hartono, S.Ag yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 3 yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai 3 sub pokok yaitu: Kemunculan dinasti Abbasiyah, Masa kemajuan dinasti Abbasiyah dan kemunduran dinasti Abbasiyah. Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa, khususnya mahasiswa STIT Al-Khairiyah semester II sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman sejarah Peradaban Islam di masa lampau.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Cilegon, 28 Mei 2009

Tim Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. PEMBAHASAN 3
A. Kelahiran Dinasti Abbasiyah 3
B. Kemajuan Dinasti Abbasiyah 5
C. Kemunduran Dinasti Abbasiyah 7
BAB III. PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap insan di masa mendatang. Hal ini berlaku pula bagi kita para mahasiswa STIT Al-Khairiyah untuk tidak hanya sekedar paham sains tapi juga paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu untuk menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa dinasti (daulah) Abbasiyah.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mempelajari sejarah tentang dinasti Abbasiyah dari mulai kemunculan, kemajuan hingga kemundurannya.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang sejarah dinasti Abbasiyah dari mulai kemunculan, kemajuan hingga kemundurannya.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
C. Rumusan Masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari masa dinasti Abbasiyah pada waktu itu, yaitu mengenai sub pokok bahasan seperti yang telah tertuang dalam kata pengantar, meliputi:
1. Bagaimana kemunculan dinasti Abbasiyah, dimana akan diuraikan bagaimana peralihan dari masa dinasti Umayyah ke masa dnasti Abbasiyah.
2. Masa kemajuan dinasti Abbasiyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah siapakah masa kemajuan itu terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih.
3. Runtuhnya dinasti Abbasiyah, yaitu menjelaskan sebab-sebab mengapa dinasti Abbasiyah runtuh.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengna sistematika pembahasan yang meliputi: BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, rumusan masalah dan sistematika penulisan; BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang kelahirang dinasti Abbasiyah, kemajuan dinasti Abbasiyah dan kemunduran dinasti Abbasiyah; BAB III : PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
DINASTI ABBASIYAH KEMAJUAN DAN KEMUNDURANNYA
Dengan tumbangnya dinasti Bani Umayyah maka keberadaan dinasti Bani Abbasiyah mendapatkan tempat penerangan dalam masa kekhalifahan Islam saat itu, dimana dinasti Abbasiyah ini sebelumnya telah menyusun dan menata kekuatan yang begitu rapi dan terencana. Dan dalam makalah ini akan diurakan sedikit mengenai berdirinya masa kekhalifahan Abbasiyah, masa kemajuan dan prestasi apa saja yang pernah diraih serta apa saja penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah.

A. Kelahiran Dinasti Abbasiyah
Kemunculan bani Abbasiyah berlatar belakang atas kekecewaan Bani Hasyim terhadap kepemerintahan Umayah. Mereka kemudian menggandeng kelompok-kelompok oposisi dalam masalah itu seperti Syiah dan Mawali yang merasa dinomorduakan oleh Umayyah untuk menyusun sebuah kekuatan baru dalam menumbangkan imperium besar yang dibangun oleh Umayyah. Pendiri Dinasti ini adalah Abdullah Al-Shaffah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu Abbas. Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan dinasti Abbasiah dalam lima periode:
a. Periode pertama (132 – 232 H / 750 – 847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
b. Periode kedua (232 – 334 H / 847 – 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
c. Periode ketiga (334 – 447 H / 945 – 1055 M), masa kekuasaan dinasti Buahi dalam pemerintahan khalifah Abbasiah. Periode ini disebut juga pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat (447 – 590 H / 1055 – 1194 M). Masa kekuasaan dinasti Saljuk dalam pemerintahan Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
e. Periode kelima (590 – 656 H / 1194 – 1258 M). Masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

1. Pemerintahan As-Saffah
Khalifah abbasiyah yang pertama adalah Abu Abbas, dialah yang diberi kepercayaan kepada pamannya Abdullah dalam perang melawan Marwan II, khalifah terakhir Bani Umayyah. Hingga akhir khalifah Abbas memberi kepercayaan kepada Salih Bin Ali untuk membunuh Marwan, yang kemudian kepala marwan dikirim ke khalifah Abbas.
Saffah kemudian dipindah ke Anbar, dia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memeragi pemimpin-pemimpin Arab yang membantu Umayyah. Dia mengusir mereka kecuali Abdurrahman yang tidak berapa lama kemudian mendirikan dinasti Umayyah di Spanyol. Saffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang pembantu bani Umayyah. Ia membunuh Abu Salama, dikenal sebagai menteri (Wadi’) dari keluarga Nabi Muhammad, seperti halnya dia membunuh Abu Hubayra, salah satu dari pemimpin bani Umayyah zaman Marwan II setelah memberi kebebasan kepadanya.
Kekhalifahan Saffah bertahan selama 4 tahun sembilan bulan. Dia wafat pada tahun 136 H di Anbar, satu kota yang telah dijadikan sebagai tempat kedudukan pemerinyahannya.
2. Sistem Kekhalifahan Abbasiyah
Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam masalah sosial dan pilitik diskriminasi. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam” pemimpin masyarakat muslim untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibukota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.

B. Kemajuan Dinasti Abbasiyah
1. Bidang Pemerintahan
• Sistem Pemerintahan yang teratur dari tingkat pusat ke tingkat desa;
• Urusan tata usaha negara dijalankan oleh Diwanul Kitabah dengan menterinya Raisal Kuttab dan dibantu oleh sekretaris-sekretaris urusan kehakiman, kepolisian, tentara, keuangan, dan surat-menyurat;
• Di tingkat desa atau qurra, kepala desa (Syaikhul Qurra) diberi hak otonom untuk mengatur desanya;
• Angkatan perang terdiri dari dua angkatan, yaitu angkatan darat dan angkatan laut.
• Untuk mengurus keungan dibentuk Baitul Mal.
2. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Dinasti Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa dinasti Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata negara dan sastra.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
- Baitul hikmah
Baitul hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan.
- Pada masa harun ar-rasyid
Institusi ini bernama Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian.
- Pada masa al-ma’mun
Lembaga ini dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia yang bernama Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
3. Dalam bidang filasafat
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti logika, geometri, astronomi, dan musik yang dipergunakan untuk menjelaskan pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak dan suara. Ya’kub ibnu Ishaq, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Bajah, Ibnu Tufail dan Ibn Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan contoh, metamor, analogi, dan gambaran imajinatif.
4. Dalam bidang hukum Islam
Karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767). Meski dianggap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan kecuali dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
5. Perkembangan Ekonomi
Ekonomi dinasti Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai macam industri seperti: kain di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari samarkand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
6. Dalam bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunia timur dan dunia barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

C. Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Sebab –sebab kemunduran Dinasti Abbasyiah
A. Keruntuhan dari segi internal (dari dalam)
 Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara.
 Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan.
 Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
 Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
 Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
 Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

B. Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar)
 Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban.
 Penyerbuan Tentara Mongol dibawah panglima Holako yang menghancrkan Baghdad. Kota Baghdad yang sebagai pusat pengetahuan dan kemegahan Islam menyerah di tangan panglima Holako setelah dikepung selama 50 hari. Khalifah Al-Mu’tashim, khalifah terakhir Dinasti Abbasiyah, keluarga dan para pembesar kota Baghdad dibunuh dengan liciknya oleh laskar Holako. Sebagian besar dari penduduk kota itu disembelih bagaikan binatang. Dan mereka juga melakukan perampasan dan perbuatan-perbuatan yang sangat kejam dan ganas. Seluruh isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas seluruhnya. Istana dan gedung-gedung yang indah permai, madrasah, masjid-masjid yang mengagumkan mereka rusak. Kitab-kitab ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya mereka lempar ke sungai Tigris sampai menghitamkan aliran sungai dialiri lunturnya tinta. Di sana-sini terjadi pembakaran, sehingga api membakar seluruh kota. Peristiwa kelabu yang menyedihkan ini terjadi selama 40 hari lamanya. Di atas kota Bagdad tak ada lagi yang kelihatan kecuali tumpukan bekas reruntuhan dan kebakaran.
Dengan wafatnya al-Mu’tashim dan runtuhnya kota Bagdad lenyaplah Dinasti Abbasiyah dari dunia ini, terkubur dalam kota Bagdad yang tengah hangus di bawah reruntuhan gedung-gedung dan istana yang dahulunya indah permai.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara, al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad.
Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.
Dunia terus berputar begitu juga dengan Dinasti Abbasiyah, karena adanya beberapa faktor yang tidak baik dari pihak internal sendiri dan dari pihak eksternal dengan adanya serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Panglima Holako, maka kota Bagdad pun ditaklukan. Dengan demikian berakhirlah dinasti Abbasiyah dari muka bumi ini.

B. Saran
Dari penjelasan di atas kita sebagai umat Islam dapat mengambil pelajaran. Sebuah sistem yang teratur akan menghasilkan pencapaian tujuan yang maksimal, seperti kisah pendirian dinasti Abbasiyah. Mereka bisa mendirikan dinasti di dalam sebuah negara yang dikuasai suatu dinasti yang menomorduakan mereka. Selain itu dari sejarah kekuasaan dinasti Abbasiyah ini kita juga bisa mengambil manfaat yang bisa kita rasakan sampai saat ini, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan. Seharusnya kita yang hidup pada zaman modern bisa meneruskan perjuangan para ilmuwan zaman dinasti Abbasiyah dahulu.
Sebaliknya, kita juga dapat belajar dari kekurangan-kekurangan yang ada pada dinasti besar ini agar tidak sampai terjadi pada diri kita dan anak cucu kita nanti. Mereka telah dibutakan oleh kekuasaan, sehingga mereka tega membantai hampir seluruh keluarga dinasti Umayyah yang notabene adalah sesama umat Islam. Selain itu kecerobohan yang terjadi pada masa dinasti Umayyah terulang lagi pada masa dinasti Abbasiyah yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dinasti Abbasiyah. Kebiasaan penguasa berfoya-foya menyebabkan runtuhnya kekuasaan yang telah susah payah mereka dirikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta 1989
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2, Pustaka Alhusna, Jakarta 1983
Tim Silabus KMI Gontor. Tarikh Islam untuk Kelas Satu. Darussalam Press, Ponorogo.
Tim Silabus KMI Gontor. At-Tarikhu-l-Islamiy al-Juz-u-Tsani Muqarrar li-Thullabi as-Shaffi as-Tsalis. Darussalam Press, Ponorogo.
Amrullah, Drs. Sejarah Kebudayaan Islam Kelas Dua, CV.Armico, Bandung 1994.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1752

Subscribe to this Blog via Email :
Previous
Next Post »