Headline

Recent Posts

(SUSANTO SANTAWI) NIM : 20082299 SEMESTER VII (EKSEKUTIF) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KHAIRIYAH CILEGON

Kamis, 30 September 2010

SUSANTO SANTAWI

susanto santawi 3




SUSANTO SANTAWI

susanto santawi 2





SUSANTO SANTAWI

suasnto santawi 1



SUSANTO SANTAWI

hakikat perkembangan

BAB I
PENDAHULUAN
1. HAKIKAT PERKEMBANGAN
A. Gambaran terhadap adanya proses perkembangan
Kalau kita memperhatikan segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik kehidupan manusia, binatang, flora, fauna maupun benda-benda anorganik, kita akan melihat suatu hal yang abadi, yaitu selalu adanya perubahan. Segalanya selalu berubah, lambat atau cepat, berwujud penyusutan, pertumbuhan maupun perkembangan menurut sifat kodratnya masing-masing.
Demikian halnya dengan kehidupan manusia, yang bermula dari telur, kemudian melalui garis pertumbuhan : janin, bayi, kanak-kanak, anak, pemuda, adolesan, orang tua, dan akhirnya meninggal.
Bahwa setiap anak secara kodrat membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negativ yang lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri terhindar dari gangguan apapun, yang tentu saja akan merugikan.
Hal ini berlaku juga dalam menghadapi pertumbuhan pemuda, secara psikofisis. Aspek-aspek yang manakah yang berkembang dari kehidupan manusia?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu lebih dahulu mengetahui hakikat manusia, yaitu bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk yang hidup dalam keadaan:
 Psikofisis
 Sosioindividuil
 Culturilreligius
 Psikopfisis, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, secara jasmaniah dan rohaniyah
 Sosioindividuil, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, sosial dan individuil
 Culturilreligius, yang berarti manusia adalah mahluk yang hidup dalam kesatuan dua, dicipta (oleh Maha Pencipta) dan mencipta (kebudayaan).

Bila kita perhatikan sifat-sifat tersebut tampak bahwa masing-masing selalu sepasang-pasang yang kelihatannya bertentangan satu sama lain, tetapi saling lengkap melengkapi.
Semua sifat itu dan semua aspek tersebut berkembang seluruhnya secara simultan selama mendapat kesempatan dan sejauh masih memungkinkan, menurut irama variasi dan isinya sendiri-sendiri.

B. Teori Proses Perkembangan
Bahwa sesuatu perkembangan selalu melalui suatu proses, mudah sekali dimengerti. Tapi bagaimana proses itu berlangsung, ada beberapa teori yang perlu kita ketahui, kebenarannya, atau kita renungkan demi perkembangan psikologi ini.
• Teori yang pertama Johann Friederische Herbart
Teori yang tertua adalah yang diajukan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama Johann Friederische Herbart. Teorinya disebut teori asosiasi. Disebut demikian oleh karena Herbart berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan itu diatur dan dikuasai oleh kekuatan hukum asosiasi.
Herbart berpendapat bahwa terjadinya perkembangan adalah oleh karena adanya unsur-unsur yang berasosiasi, sehingga sesuatu yang semua bersifat simpel (unsur yang sedikit) makin lama makin banyak dan kompleks.
• Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)
Mereka berpendapat bahwa proses perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke sesuatu yang kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh tetapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, tampak bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Bagian-bagian itu bukan merupakan pecahan dari Gestalt tadi, melainkan merupakan kesatuan-kesatuan tertentu yang baru berfaedah bila ia berada dalam Gestalt tersebut. Jadi dengan tegas mereka berpendapat bahwa perkembangan bukan proses asosiasi melainkan proses diferensiasi.
Pada masa bayi, ia mengalami proses diferensasi kemudian naik ke tahap (strata) masa kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ini proses diferensasi berjalan terus, kemudian naik ke strata masa anak. Demikian seterusnya.
• Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)
Teori ini berpendapat bahwa proses perkembangan itu adalah proses asosiasi dari sifat individualis. Dalam hal ini Baldwin terkenal dengan teori : Circulair Reastion. Ia berpendapat bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi.
Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek (Law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah hasil peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedang adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dipertahankan. Selanjutnya oleh efeknya sendiri tingkah laku itu dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal yang demikian inilah terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan hasil peniruan itu sesuai dengan kebutuhan sendiri. Teori ini mendapat dukungan dari W. Sern; Bechterev dan Koffka.
• Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
Teori ini dikemukakan oleh seorang pemuka dalam psikologi, yang bernama Sigmund Freund. Dalam mengemukakan teorinya, ia menggunakan sebagai contoh:
Pada masa bayi, manusia belum bermoral kemudian sudah memiliki moral secara heterogen dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri secara otonom.
Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral otonom ini disebut internalisasi. Sebab norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusia dengan menggunakan faktor internnya.
Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena proses ini menggunakan masyarakat sebagai faktor utama maka teori ini dapat dimaksudkan pula teori sosialisasi. Yang dapat dimaksudkan pula sebagai teori sosialisasi adalah teori Langeveld.
Ini menyusun teorinya atas empat asas, yaitu :
 Asas biologis;
 Asas ketidakberdayaan;
 Asas keamanan; dan
 Asas eksplorasi.
Mula-mula perkembangan yang dialami manusia adalah perkembangan biologis. Yaitu dari telur ke janin, kemudian menjadi bayi dan seterusnya, kemudian baru secara psikis. Yang bermula dari sifatnya yang tidak berdaya. Tetapi karena tidak berdaya inilah justru memungkinkan terjadinya perkembangan, bila ia berada dalam pergaulan antar manusia. Untuk itu ia memerlukan rasa aman, rasa dilindungi, sehingga memungkinkan adanaya kesempatan untuk berimitasi, adaptasi maupun identifikasi.
Selanjutnya, karena perkembangan itu sendiri ada pada dirinya secara kodrat, maka si anak mengadakan eksplorasi, untuk memungkinkan diri sebagai warga masyarakat. Demikianlah, proses perkembangan itu berlangsung sampai dewasa.







BAB II
PRINSIP DAN ASPEK PERKEMBANGAN
1. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
A. Pengertian Prinsip
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian perubahan yang terjadi akibat kematangan.
Dalam buku konsep dasar perkembangan menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:
1. Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terhadap hubungan atau korelasi yang positif diantara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dan perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3. Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkewmbangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan persyaratan bagi perkembangan selanjutnya.
Sementara itu, Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan itu sebagai berikut:
a. Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b. Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya.
Arah Tahap Perkembangan Anak
TAHAP PERKEMBANGAN JENIS PERKEMBANGAN
Usia 4-16 Minggu Bayi dapat menguasai 12 macam otot ocular motornya
Usia 16-24 Minggu Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya dan menggerakkan tanganny. Ia mulai dapat meraih benda-benda
Usia 28-40 Minggu Ia dapat menguasai badan dan tangannya,. Ia mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda
Tahap kedua Anak sudah pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya)
Tahap ketiga Anak dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berfikir
Tahap keempat Anak mulai banyak bertanya dan dapat berdiri sendiri
Tahap kelima Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya. Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.

c. Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum
d. Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak)
e. Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme
f. Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control).
4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
5. Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (a) sampai usia dua tahun, anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara; (b) pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain)
6. Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan : bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.


B. Fase-fase Perkembangan
Pada setiap fase, dibedakan atas beberapa fase lagi. Demikian pula halnya pada masa pemuda ini, dibedakan lagi atas tiga fase, yaitu:
1. Fase Peural
Pueral, berasal dari kata puer yang artinya anak laki-laki. Dalam hal ini mulai terjadi hal yang baru, dalam pergaulan anak. Yaitu anak laki-laki mulai memisahkan diri dari anak perempuan. Anak laki-laki memandang anak perempuan sebagai menjijikan dan anak perempuan memandang anak laki-laki sebagai tukang membual. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri yang sama pada mereka, terutama dalam cara mereka bergaul. Ciri-ciri itu antara lain, ialah:
i. Mereka tidak mau lagi disebut anak, sebutan anak dirasakan sebagai merendahkan diri mereka
ii. Mereka mulai memisahkan diri dari orang tuanya, atau orang-orang dewasa lain yang ada disekitarnya
iii. Mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
iv. Mereka memiliki sifat mendewasakan tokoh-tokoh yang dipandang sebagai memiliki kelebihan
v. Mereka adalah pengembara-pengembara ulung
vi. Pandangannya lebih baik diarahkan keluar (ekstravert) dan kurang bersedia untuk meluhat dan mencapai dirinya sendiri
vii. Mereka itu adalah pemberani, yang kadang-kadang kurang perhitungan dan agak melupakan tata susila.

2. Fase Negatif
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap negative, atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi Karl Buhler berpendapat bahwa berlangsung lama, dengan alasan bahwa ciri-cirinya masih tampak juga pada masa-masa berikutnya. Adapun ciri-ciri pada fse ini antara lain, ialah:
a. Terhadap segala sesuatu, si anak bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju dan sebagainya
b. Anak sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya
c. Sering melamun tak menentu, dan kadang berputus asa.

Terhadap sikap seperti ini orang tua dan guru sering bersikap jengkel, marah atau putus asa, bingung dan bertanya-tanya, tanpa mengetahui apa sebabnya. Tetapi bagi orang tua dan guru yang mengerti akan bersikap membiarkan keadaan itu berlalu untuk beberapa bulan. Sebab sikap itu justru menunjukan bahwa anaknya telah melalui suatu fase yang biasa dilalui oleh semua orang.

3. Fase Pubertas
Puber atau remaja, masa inilah yang berlangsung paling lama diantara kedua fase yang lain.
Ciri-ciri fase inipun didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-alat kelamin, baik yang tampak diluar maupun yang ada didalam tubuhnya. Perbedaan itu ialah:
a. Ciri kelamin Primer
yaitu ciri-ciri, yang pertama-tama menampakkan diri dari luar.
a) Pada saat itu kelenjar anak putra mulai menghasilkan cairan yang terdiri atas sel-sel sperma dan bagi anak putri kelenjar kelaminnya mulai menghasilkan sel telur
b) Anak putra mengalami polusi pertama, dan anak putri mulai mengalami menstruasi, yang berlangsung sebulan sekali
c) Tubuh berkembang dengan luar biasa, sehingga tampak seakan-akan tidak harmonis dengn anggota badan yang lain. Anak putra dadanya bertambah bidang dengan otot-otot yang kuat dan anak putri, pinggulnya mulai melebar.
b. Ciri kelamin Skunder
Ciri-ciri antara lain, ialah:
a) Mulai tumbuhnya rambut-rambut baru di tempat baru baik pada anak putri maupun anak putra
b) Anak putra lebih banyak bernafas dengan perut, sedang anak putri lebih banyak bernafas dengan dadanya
c) Suaranya mulai berubah atau parau
d) Wajah anak putra lebih tampak persegi dan wajah anak putri lebih tampak membulat.
c. Ciri kelamin tertier
Ciri-ciri itu antara lain
a) Motorik anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalan pun mengalami perubahan. Demikian pula cara bergeraknya anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki tampak lebih kaku dan kasar, sedang anak perempuan tampak lebih canggung
b) Mulai tahu menghias diri, baik anak putra maupun anak putri. Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya, tetapi malu-malu
c) Sikap batinnya kembali mengarah kedalam (introvert) mulai percaya pada diri sendiri
d) Perkembangan tubuhnya, mencapai kesempurnaan dan kembali harmonis. Kesehatan pada anak masa ini sangat kuat, sehingga jarang terjadi kematian pada saat ini.

2. ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.

A. Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: (1) Sistem Syaraf, (2) Otot-otot, (3) Kelenjar Endokrin, (4) Struktur Fisik atau Tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan proporsi.
Otak mempunyai pengaruh yang sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individu lainnya, baik keterampilan motorik, intelektual, emosional, sosial, moral, maupun kepribadian.
Semakin matangnya perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik anak. Keterampilan motorik ini dibagi dua jenis, yaitu (a) keterampilan atau gerakan kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun trangga; (b) keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis, mengggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola.
B. Perkembangan Inteligensi
Inteligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan prilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual. Dalam mengartikan inteliggensi (kecerdasan) ini, para ahli mempunyai pengertiuan yang beragam. Diantaranya:

a. Penyebaran inteligensi
Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan sebagai berikut:
Tingkatan Inteligensi
IQ(INTELLIGENCE QUOTION) KLASIFIKASI
140- keatas
130-139
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
50-69
49 ke bawah Jenius
Sangat cerdas
Cerdas
Diatas normal
Normal
Dibawah normal
Bodoh
Terbelakang (moron/debil)
Terbelakang (imbecile/dan idiot)
C. Perkembangan Emosi
1. Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activies” (suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “setiapkeadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).

2. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku Dan Perubahan Fisik Individu
Dibawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh prilaku individu di antaranya sebagai berikut.
a. Memperkuat semangat
b. Melemahkan semangat
c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar
d. Terganggu penyesuaian sosial
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Jenis-jenis Emosi dan Dampaknya Pada Perubahan Fisik
Jenis Emosi Perubahan Fisik
1. terpesona
2. marah
3. terkejut
4. kecewa
5. sakit atau marah
6. takut atau tegang
7. takut
8. tegang9. 4. reaksi elektris pada kulit
5. Peredaran darah bertambah cepat
6. Denyut jantung bertambah cepat
7. bernapas panjang
8. pupil mata membesar
9. air liur mengalir
10. berdiri bulu roma
11. terganggu percernaan, otot-otot menegang atau bergetar (tremor)
D. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah Swt, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai mahluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.
Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun kalimat dua atau tiga kata. Laju perkembangan itu sebagai berikut.
a. Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif, seperti “bapak makan”
b. Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negatif (menyangkal), seperti “bapak tidak makan”
c. Pada usia selanjutnya, anak dapat menyusun pendapat
1) Kritikan: “tidak boleh, ini tidak baik”
2) Keragu-raguan
3) Menarik kesimpulan analogi
E. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sosialisasi dari orang tua ini sangat penting bagi anak, karena dia masih terlalu muda dan terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing perkembangannya sendiri ke arah kematangan.

Kegiatan Orang Tua Pencapaian Perkembangan Prilaku Anak
1. Memberikan makan dan memelihara kesehatan fisik anak
2. Melatih dan menyalurkan kebutuhan fisiologis


3. Mengajar dan melatih keterampilan
4. mengenalkan lingkungan kepada anak

5. Mengajarkan tentang budaya


6. mengembangkan keterampilan 1. mengembangkan sikap percaya kepada orang lain

2. mampu mengendalikan dorongan biologis dan belajar untuk menyalurkannya pada tempat yang diterima msyarakat
3. belajar mengenal objek-objek, belajar bahasa, berjalan, mengatasi hambatan
4. mengembangkan pemahaman tentang tingkah laku sosial, belajar menyesuaikan prilaku dengan tuntutan lingkungan
5. mengembangkan pemahaman tentang baik-buruk, merumuskan tujuan dan kriteria pilihan dan berprilaku yang baik
6. belajar memahami perpektif (pandangan) orang lain dan merespons harapan atau pendapat mereka secara selektif

F. Perkembangan Kepribadian
Secara etimologis istilah kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologis berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Jadi personal itu bukan pribadi pemain itu sendiri, tetapi gambaran pribadi dari tipe manusia tertentu dengan melalui kedok yang dipakainya. Sedangkan dalam terminologis kepribadian dapat diartikan sebagai ”kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik”. Keunikan penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri.

G. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan atau nilai-nilai tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip moral.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari lingkungannya, terutama dari orang tuanya. Dalam mengembangkan moral anak, peranan orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, di antaranya sebagai berikut.
a. Konsisten dalam mendidik anak
b. Sikap orang tua dalam keluarga
c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
d. Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan moral
H. Perkembangan Kesadaran Moral
Salah satu kelebihan manusia sebagai mahluk Allah Swt, adalah dia di anugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal Allah dan melakukan ajaran-Nya. dalam kata lain, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama). Karena memiliki fitrah ini, kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Devinans”, dan “Homo Religious”, yaitu mahluk yang bertuhan atau beragama.
Jiwa beragama atau kesadaran beragama merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas.


BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Teori Proses Perkembangan Meliputi :
• 1. Teori yang pertama Johann Friederische Herbart
• Yang kedua, Teori Gestalt (Wilhelm Wundt)
• Yang ketiga, Teori Sosialisasi (James Mark Baldwin)
• Yang keempat, Teori Freudism (Sigmund Freund)
Prinsip adalah asas, kebenaran yang terjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan sebagainya, atau dalam arti sempit adalah asasnya. Sedangkan perkembangan adalah suatu perubahan yang terjadi sejak konsepsi sampai mati (perubahan kualitataif) atau serangkaian perubahan yang terjadi akibat kematangan
prinsip-prinsip dasar perkembangan mencakup beberapa hal berikut:
1. Perkembangan Merupakan Proses Yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
3. Perkembangan Itu Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Yelon dan Weinsten (1977) mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut:
a. Cephalocaudal & proximal-distal. Maksudnya, perkembangan manusia itu dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal)
b. Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa anggota tubuh individu itu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya.
c. Perkembangan itu berdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik). Dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respon anak pada mulanya bersifat umum
d. Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak. Maksudnya, perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berfikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak)
e. Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme
f. Perkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control”. Maksudnya, pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis(perlindungan kasih saying, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control).

4 Perkembangan Terjadi Pada Tempo Yang Berlainan
5 Setiap Fase Perkembangan MempunyaiCiri Khas
6 Setiap Individu Yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Fase-fase Perkembangan
1. Fase Peural
2. Fase Negatif
3. Fase Pubertas
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
Asek-aspek perkembangan ini meliputi: fisik, inteligensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral, dan kesadaran beragama.
B. SARAN
Demikian makalah ini kamu buat sebagai bahan pembelajaran semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan kawan-kawan mahasisiwa/I sekalian. Kami hanya menyarankan kepada pembaca semua untuk tetap mencari bahan referensi buku yang lain karena kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam penyususnan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA


Prof. Drs. Agoes Soejanto, Psikologi Perkembanagn, Surabaya : Rineka Cipta, 2005


, konsep dasar perkembangan,


Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2008
SUSANTO SANTAWI

makna perkembangan sosial

A. MAKNA PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bersosialisasi (sozialed), memerlukan tiga proses. Dimana masing-masing proses tersebut terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu. Menurut Hurlock (1996) tiga proses dalam perkembabangan sosial adalah sbb:
1. Berprilaku dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang prilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bersosialisasi, seseorang tidak hanya harus mengetahui prilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan prilakunya sehingga ia bisa diterima sebagain dari masyarakat atau lingkungan sosial tersebut.
2. Memainkan peran di lingkungan sosialnya.
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan setiap anggota dituntut untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan kelompoknya.
3. Memiliki Sikap yang positif terhadap kelompok Sosialnya
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik, seseorang harus menyukai orang yang menjadi kelompok dan aktifitas sosialnya. Jika seseorang disenangi berarti, ia berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka menggabungkan diri.

B. ESENSI SOSIALISASI PADA ANAK
Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya :
Pertama, kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan ksempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
Kedua, dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
Ketiga, anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.

C. MASA KANAK-KANAK AKHIR
Akhir masa anak-anak (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Permulaan masa akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan seksual. Biasanya anak laki-laki mengalami masa anak-anak lebih lama dibandigkan anak perempuan. Secara umum anak perempuan masa akhir anak-anak berlangsung antara usia 6 – 13 tahun berarti rentang waktunya sekitar 7 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun, berarti rentang waktu sekitar 8 tahun.

D. PERKEMBANGAN SOSIAL AKHIR MASA ANAK-ANAK
A. Sosialisasi Dengan Anggota Keluarga
Ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak maka biasanya para orang tua mulai memberikam waktunya yang lebih sedikit. Menurut suatu investivigasi tentang banyaknya waktu yang digunakan orang tua bersama anak, maka waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak-anak yang telah memasuki masa akhir kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Pada umumnya anak-anak pada masa akhir, lebih diarahkan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana secara sendiri. Misalnya pekerjaan-pekerjaan membersihkan kamar, membersihkan dapur, dll. Selain dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti itu menyebabkan interaksi dengan orang tua menjadi berkurang.
Perubahan-perubahan pada kehidupan orang tua seperti, kedua orang tua yang bekerja, perceraian, single parent, sangat mempengaruhi hakekat interaksi orang tua dengan anak pada masa akhir anak-anak. Ketika tuntutan pengasuhan mulai berkurang biasanya para ibu akan lebih memilih kembali karir atau memulai suatu kegiatan baru. Hal ini menyebabkan waktu yang harusnya lebih diberikan untuk membimbing dan mengasuh anak malah digunakan untuk kegiatan pengembangan karir khususnya bagi para ibu.

B. Sosialisasi Di Sekolah
Akhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan angota keluarga. Anak ingin bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut.
Sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.

C. Sosialisasi Dengan Teman Sebaya
Selama masa pertengahan dan akhir, biasanya anak lebih banyak meluangkan waktunya dalam berinterkasi dengan teman sebaya. Dalam suatu investivigasi, diketahui bahwa waktu yang digunakan untuk anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya sebanyak 40 persen pertahun (Baker & Wright, 1951). Episode bersama teman sebaya berjumlah 299 hari sekolah.
Apa yang dilakukan bersama teman-temannya? dalam suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana aktivitas anak, diketahui bahwa umumnya anak-anak masa akhir melakukan kegiatan olahraga, jalan-jalan, permainan dan sosialisasi yang merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan. Pada saat mereka melakukan kegiatan biasanya anggota kelompok terdiri dari teman yang sama jenis kelaminya daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Pada masa akhir anak-anak mereka telah menjalin persahabatan dengan teman sebaya dan mulai memasuki usia gang, yaitu usaha yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan telah menjadi pribadi sosial yang merupakan salah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.
Gang pada masa kanak-kanak merupakan suatu kelompok yang spontan dan tidak mempunyai tujuan yang diterima secara sosial. Gang merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Gang memberikan pembebasan dari pengawasan orang dewasa. Dalam hal ini ada beberapa ciri gang pada masa akhir anak-anak, yaitu:
•Gang merupakan kelompok bermain
•Anggota gang terdiri dari jenis kelamin yang sama
•Pada mulanya terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga.
•Gang anak laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan.
•Kegiatan gang yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
•Gang mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa.
•Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan; misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
•Pemimpin gang mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.

D. Efek dari Keanggotaan Kelompok
Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya adalah:
•Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, sehingga akan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak.
•Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas. Hal ini disebabkan karena anak perempuan mencapai masa puber lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Sehingga anak perempuan akan tampil lebih dewasa dibanding anak laki-laki.
•Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda sehingga sering terjadi prasangka dan diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial, agama dan sosial ekonomi.
•Seringkali bersikap kejam terhadap anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Banyaknya rahasia yang ada diantara anggota geng dimaksudkan untuk menjauhkan anak yang tidak disenangi.

E. REMAJA AWAL
Masa remaja awal atau masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Umumnya usia remaja awal ini berkisar antara 12 sampai dengan 14 tahun. Ciri-ciri yang penting pada masa puber adalah sbb:
•Masa remaja awal merupakan masa tumpang tindih.
karena mencakup tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sehingga perilaku yang ditampilkan agak sukar untuk dibedakan.
•Masa remaja awal merupakan periode yang singkat
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangngan manusia maka masa puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat tahun.
•Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat.
Perubahan-perubahan yang sangat pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
•Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa negatifistik kedua.
•Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual.
Dengan tumbuh dan kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang, seperti mulai tumbuhnya rambut pubis, perubahan suara. Pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi dan mulai tumbuhnya buah dada.

F. PERKEMBANGAN SOSIAL PADA REMAJA
Perkembangan sosial pada masa puber dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.

A. Kelompok Teman Sebaya
Percepatan perkembangan pada masa puber berhubungan dengan pemasakan seksual yang akhirnya mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah mampu menjalin hubungan yang erat dengan teman sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok anak-anak untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam berbagai kegiatan.
Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga seringkali adalah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok teman sebaya. Misalnya kelompok teman sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.

B.Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada milienu orang tua. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya:
•Perbedaan standar perilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern. Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern.
•Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya.
Seperti pakaian, sepatu, accecoris,dll. Pada usia ini ia paling tidak suka jika diperintah mengerjakan pekerjaan di rumah.
•Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang tua mengembangkan pola menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya. Pelarangan dan menghukum membuatnya benci kepada orang tua.
•Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan, terutama dengan lawan jenis.
•Metode Disiplin
Jika metode disiplin yang diterapkan orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya. Hal ini menyebabkan pola asuh cenderung otoriter.

Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang tua namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik masih bergantung kepada orang tua. Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya hubungan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan teman lain jenis. Mereka berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar hubungan emosi mereka dengan orang tua mereka dalam usaha menjadi anggota kelompok teman sebaya.
Menurut Maccoby (1984) sistem hubungan orang tua dan anak dalam keluarga berubah dari hubungan regulasi menjadi hubungan yang coregulasi., dimana dalam hal ini orang tua telah makin memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri pada anak. Hal ini bukan berarti menghalangi hubungan yang koperatif antara orang tua dan anak-anaknya. Biasanya komunikasi yang terjalin dengan ibu jauh lebih dekat daripada dengan ayah. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan permasalahan dengan ayah perasaan remaja dalam hidup di masyarakat.
Pada anak wanita pelepasan ini agak lebih sukar hal ini disebabkan adanya interaksi antara sifat kewanitaanya dengan nilai-nilai masyarakat di sekelilingnya. Di Indonesia khususnya dalam masyarakat Jawa anak wanita diharapkan untuk mencintai orang tua dan keluarga dalam arti yang lebih,misalnya merawat, memelihara dan bertanggung jawab terhadap rumah dan keluarga. Namun demikian bukan berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat.
Dalam masa remaja awal ini , keinginan untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson ditinjau dari perkembangnan sosial menamakan proses ini sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.
Usaha remaja awal dalam mencapai origininalitas juga sekaligus menunjukkan pertentangan terhadap orang dewasa dan solidaritas terhadap teman sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua gerak antara menuju kemandirian dengan ketergantungan dengan orang tua menimbulkan jarak antar generasi (generation gap).
Jarak antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada hubungan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak seperti ini orang tua sering tidak mengerti melakukan hal-hal yang tidak seperti mereka harapkan. Biasanya pada saat ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang tua antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Memang pada saat ini remaja lebih progresif dibandingkan orang tuanya.

KESIMPULAN
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial akhir masa kanak-kanak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu SD. Pada masa ini biasanya orang tua akan memberikan hanya sedikit waktunya untuk berinteraksi dengan anak, sosialisasi di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama, lebih banyak meluangkan waktu untuk teman sebaya dan mulai membentuk hub. peer group (geng) lebih cenderung dengan teman perempuan.
Perkembangan sosial pada masa remaja (pudertas) merupakan masa yang unik, masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan psikis anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan dengan teman-teman laki-lakinya dan mengadakan kencan-kencan (dating). Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga dan mulai timbul banyak pertentangan dengan orang tua. Mereka umumnya belum bekerja dan masih belum mampu menafkahi dirinya sendiri.
Karena itu sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa). Tetapi tidak dengan bersikap otoriter terhadap anak, supaya anak merasa lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi selama masa perkembangannya.
G. Tanda-tanda Anak Masuki Masa Puber
Tumbuh menjadi remaja kadang menyulitkan dan merasa canggung, tapi itu adalah bagian dari masa pertumbuhan. Biasanya anak perempuan mengalami pubertas yang lebih dulu dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada saat anak berusia antara 8 sampai 18 tahun, tubuh anak perempuan akan mengalami perubahan menuju perempuan yang lebih dewasa.
Proses ini digerakkan oleh mulai keluarnya hormon estrogen yang mengubah bentuk luar dari tubuh anak perempuan dan membuat organ-organ genital berkembang. Hormon adalah zat kimi yang bisa membuat perubahan-perubahan tersebut terjadi dan yang mempengaruhi bagaimana jaringan dan organ-organ dalam tubuh bekerja.
Pengalaman pertumbuhan ini akan terjadi pada usia tersebut, khususnya pada awal-awal masa puber dan saat usia 16 atau 17 tahun seseorang akan mendapatkan tinggi yang maksimal. Pada proses ini bagian pinggul akan mulai melebar kesamping selama masa puber. Rambut didaerah ketiak dan daerah genital juga akan mulai tumbuh, dan biasanya ada beberapa remaja yang memiliki keringat lebih banyak saat masa puber. Rambut halus juga akan tumbuh pada lengan dan kaki, serta payudara akan mulai membesar dan terjadi perubahan bentuk, seperti dikutip dari Health24, Rabu (5/8/2009).
Banyak remaja baik laki-laki maupun perempuan yang akan memiliki masalah dengan jerawat, tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan tumbuhnya jerawat tersebut. Banyak perawatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkannya dan merupakan hal yang lumrah bagi remaja untuk tumbuh jerawat. Semua ini adalah perubahan yang terjadi luar tubuh.
Sementara itu perubahan yang terjadi di dalam tubuh tidak terlalu drastis. Biasanya pada usia 12 atau 13 tahun, remaja perempuan akan mulai mengalami masa menstruasi setiap bulan yang disebabkan oleh hormon. Ovarium akan melepaskan sel telur yang bergerak turun ke tabung fallopi dan ke uterus. Uterus akan tumbuh ke lapisan darah mempersiapkan untuk kemungkinan hamil. Jika melakukan hubungan intim pada saat tersebut, sel telur akan dibuahi dan kemungkinan terjadi pembuahan dan kehamilan akan terjadi.
Tapi jika tidak melakukan hubungan intim, lapisan akan turun ke vagina. Proses ini akan terjadi selama 4 atau 7 hari dan biasanya akan datang kembali setiap 24-32 hari. Setiap orang memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, pada beberapa tahun pertama siklusnya mungkin tidak teratur tapi setelahnya akan tetap.
Jika memiliki siklus yang tidak teratur, bukan berarti remaja tersebut hamil, tapi ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi siklus menstruasi. Stres karena masalah ujian atau masalah keluarga, olahraga yang berlebihan, dan perubahan besar dalam hidup seperti sakit bisa memicu ketidakteraturan siklus. Jika saat menstruasi mengalami sakit seperti kram yang terus menerus datang, sebaiknya periksakan ke dokter kandungan.
Biasanya sebelum masa menstruasi dimulai, seorang remaja bisa mengalami stres atau mudah marah, hal ini wajar dan biasa disebut dengan Premenstrual Syndrome (PMS). Jadi, jika salah satu anak Anda mengalami hal tersebut berarti anak-anak tersebut sudah memasuki dunia remajanya.
Seorang remaja gadis mulai mengeluhkan akan pinggulnya yang mulai melebar ke samping. Sedangkan teman cowoknya mengaku suaranya terasa lebih nge-bass ketimbang adiknya. Keanehan yang wajar ini bisa disebut masa puber, masa normal dimana semua remaja pasti akan mengalaminya. Apa yang dimaksud dengan masa puber? Kapan masa puber itu kita alami? Dan, bagaimana ciri-ciri dari seseorang yang mengalami masa puber?
Puber itu apa sih?
Masa puber adalah merupakan suatu peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 8 tahun sampai 21 tahun. Pada anak perempuan, biasanya akan mengalami pubertas yang lebih dahulu dibandingkan dengan anak laki-laki, yakni pada saat anak berusia 8 sampai 18 tahun.
Proses pubertas pada anak gadis ini timbul karena keluarnya hormon estrogen yang diproduksi tubuh yang akan mengubah bentuk luar dari tubuh anak perempuan dan membuat organ-organ genitalnya berkembang.
Ciri-ciri masa puber
Pada masa puber, anak gadis akan mengalami perubahan yang merupakan ciri-ciri normal saat pubertas terjadi. Antara lain pinggul yang mulai melebar ke samping, mulai mengalami menstruasi pada usia 12 atau 13 tahun setiap bulan, tumbuhnya rambut di daerah ketiak dan area genital. Dada yang semakin membesar serta perasaan tertarik terhadap lawan jenis.
Pada anak laki-laki masa puber akan ditandai dengan suara yang semakin nge-bass (membesar), tumbuhnya rambut di daerah ketiak dan kelamin, munculnya kumis dan janggut, munculnya jakun pada tenggorokan dan timbulnya perasaan tertarik pada lawan jenis. Mimpi basah yang merupakan ciri-ciri dari masa puber juga akan dialami pada anak laki-laki.
Banyak remaja baik laki-laki maupun perempuan yang akan memiliki masalah dengan jerawat saat masa puber terjadi. Namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan tumbuhnya jerawat tersebut. Banyak perawatan yang bisa dilakukan untuk menghilangkannya dan merupakan hal yang lumrah bagi remaja untuk tumbuh jerawat. Semua ini adalah perubahan yang terjadi di luar tubuh
Meski masa puber identik dengan perubahan dari bentuk tubuh luar, namun masa puber sebenarnya juga terjadi pada psikologis anak. Seperti perasaan tertarik terhadap lawan jenis yang bisa berakhir pada cinta monyet seusia remaja, perubahan perilaku yang mencolok dari terbuka menjadi sangat tertutup, mulai timbul rasa tanggung jawab, ego akan mulai terlihat, perilaku yang sudah bisa dimodifikasi (beradaptasi dengan lingkungan) yang mengakibatkan anak sudah tidak “sepolos” pada masa kecil.
Apa yang dibutuhkan seorang anak pada saat ia mengalami masa puber?
Anak cenderung akan merasa ingin dihargai, diperhatikan, membutuhkan tempat untuk berkeluh kesah, butuh perasaan diterima baik di sekolah, masyarakat maupun keluarga, butuh dukungan dan butuh pengarahan akan masa puber yang dialaminya dan perkembangan organ seks nya.
Banyak orangtua yang enggan memberitahukan masa puber pada anaknya yang berakibat si anak akan mencari informasi pubertas sendiri di internet dan media lain yang bisa jadi berakibat kurang baik. Karena pada saat pubertas dialami, pendidikan akan seks sudah harus mulai diberikan.

Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Ada sejumlah alasan untuk ini:
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasanya dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini bisa menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan ia dari keluarganya.
2. Ia lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dari pada ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah mode pakaian, potongan rambut atau musik, yang semuanya harus mutakhir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua.
Ada sejumlah kesulitan yang sering dialami kaum remaja yang betapapun menjemukan bagi mereka dan orang tua mereka, merupakan bagian yang normal dari perkembangan ini.
Beberapa kesulitan atau bahaya yang mungkin dialami kaum remaja, antara lain :
1. Variasi kondisi kejiwaan, suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat yang lain ia terlihat sebaliknya-periang berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Itu hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam kesulitan, kesulitan di sekolah atau kesulitan dengan teman-temannya.
2. Rasa ingin tahu seksual dan coba-coba, hal ini normal dan sehat. Rasa ingin tahu seksual dan bangkitnya birahi adalah normal dan sehat. Ingat, bahwa perilaku tertarik pada seks sendiri juga merupakan ciri yang normal pada perkembangan masa remaja. Rasa ingin tahu seksual dan birahi jelas menimbulkan bentuk-bentuk perilaku seksual.
3. Membolos
4. Perilaku anti sosial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif. Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi, penyebab yang mendasar adalah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak-dan sering tidak ada sama sekali
5. Penyalahgunaan obat bius
6. Psikosis, bentuk psikosis yang paling dikenal orang adalah skizofrenia.
Apa yang harus anda lakukan bila anda merasa cemas terhadap anak remaja anda
Langkah pertama adalah bertanya kepada diri sendiri apakah perilaku yang mencemaskan itu adalah perilaku yang normal pada anak remaja. Misalnya adalah pemurung, suka melawan, lebih senang sendiri atau bersama teman-temannya dari pada bersama anda. Anak remaja anda ingin menunjukan bahwa ia berbeda dengan anda. Hal ini dilakukan dengan berpakaian menurut mode mutakhir, begitu pula dengan kesenanganya pada potongan rambut dan musik. Semua itu sangat normal, asal perilaku tersebut tidak membahayakan, anda tidak perlu prihatin.
Tindakan selanjutnya adalah menetapkan batas dan mempertahankannya. Menetapkan batas itu sangatlah penting, tetapi batas-batas itu haruslah cukup lebar untuk memungkinkan eksplorasi yang sehat.
• Bila perilaku anak anda membahayakan atau melampaui batas-batas yang anda harapkan, langkah berikutnya adalah memahami apa yang tidak beres.
• Depresi dan perilaku yang membahayakan diri selalu merupakan respon terhadap stres yang tidak dapat diatasinya.
• Anak remaja yang berperilaku atau suka membolos seringkali akibat meniru dan mengikuti teman-temannya, dan merupakan respon dari sikap orang tua yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
• Minum-minuman alkohol dan menghisap ganja biasanya merupakan respon terhadap stres dan akibat meniru teman. Masalah seksual paling sering mencerminkan adanya kesulitan diri didalam proses pendewasaan.
Secara umum masalah yang terjadi pada remaja dapat diatasi dengan baik jika orang tuanya termasuk orang tua yang "cukup baik". Donald winnicott, seorang psikoanalisis dari Inggris memperkenalkan istilah "good enough mothering" ia menggunakan istilah ini untuk mengacu pada kemampuan seorang ibu untuk mengenali dan memberi respon terhadap kebutuhan anaknya, tanpa harus menjadi ibu yang sempurna. Sekarang laki-laki pun telah "diikutsertakan", sehingga cukup beralasan untuk membicarakan tentang "menjadi orang tua yang cukup baik"
Tugas-tugas yang dilakukan oleh orang tua yang cukup baik, secara garis besar adalah:
1. memenuhi kebutuhan fisik yang paling pokok; sandang, pangan dan kesehatan
2. memberikan ikatan dan hubungan emosional, hubungan yang erat ini merupakan bagian penting dari perkembangan fisik dan emosional yang sehat dari seorang anak.
3. Memberikan sutu landasan yang kokoh, ini berarti memberikan suasana rumah dan kehidupan keluarga yang stabil.
4. Membimbing dan mengendalikan perilaku.
5. Memberikan berbagai pengalaman hidup yang normal, hal ini diperlukan untuk membantu anak anda matang dan akhirnya mampu menjadi seorang dewasa yang mandiri. Sebagian besar orang tua tanpa sadar telah memberikan pengalaman-pengalaman itu secara alami.
6. Mengajarkan cara berkomunikasi, orang tua yang baik mengajarkan anak untuk mampu menuangkan pikiran kedalam kata-kata dan memberi nama pada setiap gagasan, mengutarakan gagasan-gagasan yang rumit dan berbicara tentang hal-hal yang terkadang sulit untuk dibicarakan seperti ketakutan dan amarah.
7. Membantu anak anda menjadi bagian dari keluarga.
8. Memberi teladan.

Daftar pustaka
Lask, Bryan. Memahami dan mengatasi masalah anak. 1985. Gramedia. Jakarta
Nadeak, wilson. Memahami anak remaja. 1991. Kanisius. Yogyakarta








Masa Dewasa Dini By Nurul dkk
3 Desember 2007 — tafany
A. PENDAHULUAN
Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang, seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling lama dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase yaitu; masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa dewasa lanjut (usia lanjut).
Masa dewasa dini biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.

B. CIRI-CIRI MASA DEWASA DINI
Masa dewasa dini adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/isteri dan peran dalam dunia kerja (berkarir).
Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk bias mandiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri masa dewasa dini yaitu;
1) Masa Pengaturan (settle down)
Pada masa ini seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola prilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.
2) Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu baru (anak).
3) Masa Bermasalah
Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bias mengatasinya maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan masalah.
4) Masa Ketegangan Emosional
Ketika seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada stress bahkan bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
5) Masa Keterasingan Sosial
Masa dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
6) Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.
7) Masa Ketergantungan
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-nilainya dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah menikah.
9) Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua dan sebagai pekerja.
10) Masa Kreatif
Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan kesempatan.

C. TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA DINI
Pada masa dewasa dini, banyak sekali harapan-harapan yang ditujukan masyakat pada mereka yang memang berada pada masa ini. Banyak sekali tugas-tugas yang harus dikembangkan, dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan mereka ketika sudah berusia setengah baya.
Tugas perkembangan masa dewasa dini meliputi:
1. Pekerjaan
Seorang individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ketika ia berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan mempunyai peran atau posisi dalam masyarakat.
2. Pengakuan Sosial
Masa ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan pengakuan dari masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab sebagai warga Negara dan akan bergabung dengan komunitas social yang cocok dengannya.
3. Keluarga
Pada masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang cocok, lalu menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia mempunyai peran baru yaitu sebagai orang tua.

D. PERUBAHAN MINAT PADA MASA DEWASA DINI
Seiring dengan bertambahnya tugas dan tanggungjawab yang harus diemban seseorang ketika ia sudah menginjak masa dewasa dini, seseorang akan mengalami pergeseran bahkan pengurangan bobot minat/keinginan terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan karena minat yang sudah ada pada dirinya sejak masa kanak-kanak atau remaja terkadang sudah tidak sesuai lagi dengan perannya sebagai orang dewasa selain itu juga bisa disebabkan oleh minat yang tidak lagi memberi kepuasan seperti semula.
Masa dewasa dini tidak selalu menghilangkan minat seseorang tetapi juga dapat membuat bobot pada minat yang dimiliki seseorang bergeser. Ketika usia bertambah, orang biasanya tidak memperoleh minat baru kecuali bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan minat itu.
Ada 3 jenis minat yang dapat dianggap sebagai cirri orang dewasa, antara lain:
 Minat Pribadi; meliputi penampilan, pakaian & perhiasan, status, symbol kedewasaan, uang dan agama.
Ketika sudah dewasa banyak terjadi perubahan penampilan yang dialami seseorang seiring dengan perubahan fisiknya. Ia mulai bisa memanfaatkan penampilan tersebut dan berusaha untuk memperbaiki penampilan. Hal ini dikarenakan kesadaran bahwa penampilan yang menarik adalah potensi besar dalam meningkatkan pergaulan. Minat untuk meningkatkan penampilan mulai berkurang menjelang umur 30-an ketika ketegangan dalam pekerjaan dan rumah tangga terasa kuat.
Walaupun usia semakin bertambah namun minat terhadap pakaian dan perhiasan juga ikut bertambah. Hal ini berhubungan dengan prestise dan nilai seseorang dalam pergaulan.
Status adalah tanda-tanda tertentu yang membedakan seseorang dengan orang lain. Symbol status dapat berupa mobil, rumah dan harta benda laiinya yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya status seseorang dan dipandang sebagai bukti keberhasilan ekonomi. Orang dewasa dini biasanya berusaha menaikkan statusnya dengan cara memiliki simbol-simbol status seperti yang diterangkan di atas.
Orang-orang dewasa beranggapan bahwa uang dapat memenuhi kebutuhan hidup saat ini. Maka ia akan berusaha untuk memiliki banyak uang.
 Minat Rekreasional;
Pada masa remaja bahkan kanak-kanak, orang berekreasi hanya sekedar ikut-ikutan atau diajak orang lain/keluarga dan hanya berfungsi untuk bermain. Namun pada masa dewasa apalagi jika sudah menjadi orang tua, orientasi dari rekreasi tersebut adalah untuk menghilangkan kepenatan setelah lama bekerja.
Rekreasi bisa berupa berbincang-bincang, bertamasya, berolahraga, hiburan, atau sekedar menyalurkan hobi.
 Minat Sosial
Seperti telah dijelaskan di awal bahwa masa dewasa dini adalah masa keterasingan sosial dimana seseorang (suami/isteri) akan merasa sepi karena mereka kehilangan masa pergaulan yang menyenangkan ketika remaja. Umumnya pergaulan dan kegiatan mereka lebih terpusat pada keluarga. Peran anggota keluarga menggantikan peran teman. Mereka harus bisa mencari penyelesaiannya dan berupaya untuk menjalin tali persahabatan baru dengan lingkungan barunya.
Namun pada akhir tigapuluhan atau pertengahan empatpuluhan, mereka sudah mempunyai banyak teman karean umumnya minat social mereka sudah berkembang dan stabil.
Pada masa dewasa, minat pribadi akan semakin berkurang dan minat sosial akan semakin bertambah.



E. MOBILITAS SOSIAL PADA MASA DEWASA DINI
Ada dua macam mobilitas yang berperan penting pada masa dewasa dini yaitu mobilitas geografis dan mobilitas sosial.
Mobilitas geografis berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan alas an pekerjaan. Mobilitas sosial berarti berpindah dari satu kelompok social ke kelompok sosial lain baik pada tingkat yang sama, yang lebih tinggi, atau lebih rendah. Umumnya, orang muda ingin berpindah ke mobilitas sosial yang lebih tinggi maka ia akan berusaha meningkatkan tangga social tersebut dengan meningkatkan popularitas dan berperan dalam kepemimpinan, meningkatkan pendidikan, lulus perguruan tinggi bergengsi, dan berperan serta aktif dalam kegiatan masyrakat golongan atas. Daya tarik fisik adalah modal utama perempuan dalam meningkatkan mobilitas sosial sedangkan laki-laki adalah pendidikan tinggi untuk mencapai mobilitas sosial yang tinggi pula.
F. PENYESUAIAN PERAN SEKS PADA MASA DEWASA DINI
Penyesuain peran seks pada masa dewasa dini sangatlah sulit. Ketika masa remaja, laki-laki dan perempuan menyadari akan peran peraturan dan peran seks yang direstui oleh masyarakat, tetapi ketika mereka telah dewasa, biasanya peraturan dan peran seks tersebut tidak bisa diterima sepenuhnya.
Pada konsep tradisional, peran seks lebih dominant untuk kaum pria. Ketika sudah menikah biasanya laki-laki menduduki posisi yang paling tinggi dan berwenang dalam mengambil keputusan. Sedangkan perempuan tidak diharapkan bekerja di luat rumah tetapi hanya mengurus anak-anak di dalam rumah.
Berbeda dengan konsep egalitarian yang menjunjung tinggi persamaan derajat antara pria dan wanita. Setiap laki-laki atau perempuan, suami-isteri mempunyai porsi yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama dalam mengaktualisasikan potensinya.
Konsep persamaan hak ini dapat diterima oleh semua kelompok sosial termasuk kelompok tradisional.



G. BAHAYA PERSONAL DAN SOSIAL PADA MASA DEWASA DINI
Seseorang terlihat belum matang pada usia dini diakibatkan oleh kegagalannya dalam menguasai beberapa atau sebagian besar dari tugas perkembangan yang penting pada masa dewasa dini.
Kegagalan dalam menguasai tugas perkembangan masa dewasa dini dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang. Mereka akan selalu merasa kecewa dan tidak puas dengan apa yang dimiliki dibandingkan dengan orang dewasa seusianya. Beberapa bahaya personal dan sosial pada masa dewasa dini diantaranya;
 Bahaya Fisik
Bahaya fisik yang paling penting dan paling umum dalam masa dewasa dini adalah bentuk fisik dan penampilan yang kurang menarik yang mempersulit penyesuaian diri pribadi dengan kehidupan sosial.
 Bahaya Sosial dan Bahaya Peran Seks
Mendapatkan suatu kelompok sosial tempat mengidentifikasi diri khususnya dalam mobilitas sosial dan penerimaan peran seks tradisional merupakan hambatan kejiwaan yang harus ditanggulangi setiap orang dalam kehidupan pribadi dan sosial mereka.

H. KESIMPULAN
Masa dewasa dini adalah masa terpanjang setelah masa kanak-kanak dan masa remaja. Masa ini adalah masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya dari orang tua dan mulai belajar madiri karena ia sudah mempunyai peran dan tugas-tugasnya yang baru.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini jika tidak dioptimalkan dengan baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di masa yang akan datang. Perubahan minat, mobilitas sosial, dan penyesuaian peran seks pada masa ini juga sangat berpengaruh bagi tiap individu.
Bahaya personal dan sosial sering diakibatkan oleh ketidak matangan seseorang pada masa ini yang ditandai dengan kegagalannya dalam menjalankan tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa dini.
REFERENSI:
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga. 1980.

Beberapa pendapat tentang masa dewasa madya
• Usia dewasa madya atau yang popular dengan istilah setengah baya, dari sudut posisi usia dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa remaja
• Bila masa remaja merupakan masa peralihan, dalam arti bukan lagi masa kanak-kanak namun belum bisa disebut dewasa, maka pada setengah baya, tidak dapat lagi disebut muda, namun juga belum bisa dikatakan tua.
• Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sedangkan individu setengah baya juga mengalami perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemun-duran, yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
• Selain itu, perilaku dan perasaan yang menyertai terjadinya perubahan-perubahan tersebut adalah sama, yaitu salah tingkah/ canggung, bingung, dan kadang-kadang over acting.
CIRI-CIRI DEWASA MADYA
• Masa yang ditakuti (a dreaded period).
• Masa transisi (a time of transition).
• Masa penyesuaian kembali (a time of adjustment).
• Masa keseimbangan dan ketidakseimbang-an (a time of equilibrium and disequilibrium
• Usia berbahaya (a dangerous age).
• Usia kaku/canggung (a awkward age).
• Masa berprestasi (a time of achievement).
Masa yg ditakuti
• Selain masa tua (old age), masa dewasa madya juga merupakan masa yang sangat ditakuti datangnya oleh kebanyakan individu, sehingga seolah-olah mereka ingin mengerem laju pertambahan usia mereka.
• Bagi perempuan masa dewasa madya tidak saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, namun juga menurunnya daya tarik seksual.
• Umumnya mereka (individu dewasa madya) merasa tidak lagi menarik secara seksual bagi suami mereka, sehingga muncul kekhawatiran “akan kehilangan” suami dan kondisi ini selain dapat mengakibatkan para istri begitu mengharapkan suaminya bersikap seperti ketika masih pengantin baru, juga munculnya rasa cemburu yang kadang cenderung berlebihan, bila melihat suaminya berkomunikasi dengan perempuan yang lebih muda usianya.
• Biasanya di usia2 ini, suami mereka mulai lebih berkonsentrasi pada karier dan peningkatan kariernya, sehingga mereka semakin merasa kesepian dan “diabaikan”.
• Perasaan2 negatif ini bila tidak segera dicari pemecahannya dapat mengakibatkan para istri mengalami depresi.
• Bagi pria, masa dewasa madya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik secara menyeluruh, termasuk berkurangnya vitalitas seksual.
• Sebagian kaum pria yang mengalami tanda-tanda terjadinya penurunan kemampuan seksual ini, akan mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan bekerja demi meningkatkan prestasi dan memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
• Selain masalah seksual, kaum pria yang telah memasuki usia dewasa madya, ada juga yang ingin menutupi “kelemahan” fisiknya dengan melakukan aktivitas fisik berlebihan, dan cenderung menolak bantuan dari mereka yang lebih muda.
• Pada sebagian yang lain, justru bersikap kompensatif, dalam arti untuk menutupi “kekurangannya” mereka bersikap seperti anak muda dengan lebih memperhatikan penampilan fisik, berdandan sedemikian rupa untuk mencari perhatian dari lawan jenis yang berusia jauh lebih muda.
• Mereka yang berperilaku seperti ini justru menunjukkan adanya ketidak percayaan yang cukup besar terhadap daya tarik seksual mereka.
Masa Transisi
• Seperti juga masa remaja, individu pada masa dewasa madya juga disebut sebagai masa transisi dari masa dewasa awal ke masa dewasa lanjut (lansia).
• Sebagian cirri-ciri fisik dan perilakunya masih memperlihatkan masa dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan perilaku lainnya justru telah menunjukkan ciri-ciri orang dewasa lanjut.
• Kondisi transisi ini menyebabkan mereka harus banyak melakukan penyesuaian terhadap peran-peran baru yang diberikan oleh masyarakat. Selain itu, masyarakat juga mengharapkan mereka untuk dapat berpikir dan berperilaku sesuai dengan usianya.
Masa Penyesuaian kembali
• Memasuki usia dewasa madya, cepat atau lambat individu harus mengadakan penye-suaian kembali terhadap perubahan2 yang dialaminya, baik fisik maupun peranan.
• Penyesuaian terhadap perubahan peranan, biasanya akan terasa lebih sulit dilakukan bila dibandingkan dengan penyesuaian terhadap berubahnya kondisi fisik. Misalnya kaum pria yang mengalami masa pensiun, atau kaum perempuan yang mengalami perubahan peran sebagai ibu dengan anak-anak yang akan mulai memasuki kehidupan baru.
Masa Keseimbangan dan Ketidakseimbangan
• Pengertian keseimbangan mengacu pada kemampuan penyesuaian terhadap terjadinya perubahan2 fisik dan psikologis yang dilakukan orang2 dewasa madya.
• Keseimbangan ini dapat dicapai bila ada penyesuaian secara menyeluruh terhadap pola-pola kehidupannya. Mereka yang mampu mencapai keseimbangan akan merasakan kehidupan yang tenang, tenteram dan damai di rumah, sehingga tidak suka “keluyuran”/ buang-buang waktu di luar rumah untuk kegiatan yang tidak berguna.
• Ketidakseimbangan artinya adalah terjadinya kegoncangan2/gangguan2 penyesuaian yang dialami individu pada masa ini, baik yang bersifat internal maupun eksternal, termasuk dengan pasangan hidupnya.
• Mereka yang tidak mampu mencapai keseimbangan ini akan merasa tidak betah di rumah, dan cenderung ingin “lari” dari rumah untuk memenuhi kebutuhan2 fisik dan psikologis yang tidak diperoleh di rumahnya
Usia Berbahaya
• Yang dimaksud dengan usia berbahaya adalah dalam hal kehidupan seksual-nya, terutama dengan isterinya.
• Juga dalam hal-hal yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan lainnya, seperti kondisi fisik yang mulai rentan terhadap penyakit, juga kondisi psikologis yang relative menjadi lebih peka, dalam arti mudah tersinggung, tertekan, stress, hingga depresi.
• Dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah seksual, tidak jarang terjadi para suami yang mulai merasa “bosan” dengan istrinya, sehingga mulai menyeleweng, atau pun menceraikan istrinya untuk kawin lagi dengan perempuan lain yang kadang-kadang seusia dengan anak gadisnya.
• Adapun untuk hal-hal yang lain, individu usia dewasa madya, relative lebih sering mengalami gangguan fisik maupun mental, bahkan pada orang-orang tertentu dapat mengakibatkan bunuh diri.
Usia Kaku/Canggung
• Seperti juga masa remaja ketika individu tidak bisa lagi disebut anak-anak, tetapi juga belum layak disebut dewasa, begitu juga individu dewasa madya, sudah kurang pantas disebut dewasa dini, namun juga belum bisa disebut tua. Dalam situasi seperti ini, kadang muncul rasa canggung dan bingung pada individu.
• Pada sebagian individu kondisi ini mengakibatkan mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin berusaha untuk tidak tampak tua, misalnya dalam hal pemilihan busana, berdandan/ pemakaian kosmetik dsb. Kadang-kadang apabila individu agak berlebihan di dalam menampilkan busana dan dandanan yang bertujuan untuk menutupi ketuaannya, maka hal ini justru menyebabkan mereka tampak janggal, sehingga terlihat kaku/canggung.
Masa Berprestasi
• Berprestasi pada usia dewasa madya menurut Werner merupakan suatu gambaran yang positif dari seorang individu.
• Pada usia 40 tahun pada orang-orang normal telah memiliki pengalaman yang cukup dalam pendidikan dan pergaulan, sehingga mereka telah memiliki sikap yang pasti serta nilai-nilai tentang hubungan social yang berkembang secara baik.
• Kondisi keuangan dan kedudukan social mereka biasanya telah mapan, serta mereka telah memiliki pandangan yang jelas tentang masa depan dan tujuan yang ingin dicapai.
• Apabila situasi ini diikuti dengan kondisi fisik yang prima, maka mereka dapat menyatakan bahwa hidup dimulai di usia 40 tahun (life begin 40th).
• Menurut Hurlock yang dapat dicapai individu di usia dewasa madya, tidak hanya kesuk-sesan secara financial, melainkan juga dalam hal kekuasaan dan prestise.
• Biasanya usia pencapaian terjadi antara 40-50 tahun. Selain itu masyarakat sendiri nampaknya baru mengakui kemampuan atau prestasi seseorang secara mantap apabila yang bersangkutan telah memasuki usia dewasa madya.
MATERI KULIAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN LANJUT
———————————————————
Dra. Juliani Prasetyaningrum, MSi, Psi
2009
Supported by aku cuma seorang blogger yang cinta seo

Permasalahan Lanjut Usia (Lansia)
Written by Akhmadi Published in: Kesehatan Comments 0 Pdf Print Email
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran.
Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan lansia. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan mempertahankan kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi antara lain: berkurangnya kemampuan mencerna makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan.
Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan sehari-hari yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
SUSANTO SANTAWI

nilai-nilai pendidikan dalam ibadah nikah

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hal yang terpenting dalam kehidupan di dunia ini adalah kebahagiaan, sesuai dengan tujuan kehidupan manusia "sebuah proses penyempurnaan". Di akhirat tidak ada lagi penyempurnaan, seperti yang kita alami di dunia ini. Proses penyempurnaan hanya ada di dunia, dengan makna bahwa di akhirat kita akan menerima sesuai dengan apa yang diperbuat di dunia ini.
Maka, kehidupan di dunia ini seperti ungkapan, "Dunia tempat beramal, dan akhirat adalah tempat menerima ganjarannya", sesuai dengan apa yang kita usahakan di dunia, kita renungkan hadits ini,
"Empat hal yang merupakan kebahagiaan, yaitu: perempuan shalehah, rumah yang luas, tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman. Empat hal yang merupakan penderitaan, yaitu: tetangga yang jahat, istri yang jahat, kendaraan yang buruk dan tempat tinggal yang sempit." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Dari hadist ini, didapati bahwa perempuan yang shalehah adalah perempuan yang patuh pada ajaran agama, suami, dan menjaga hati suaminya, pandai menjaga kehormatan dan martabatnya dan keluarganya.
Rumah yang luas adalah tempat tinggal yang sarat dengan nilai-nilai religius, saling amanah (mempercayai), terhindar dari rona keduniaan, yang dapat melupakan perintah Allâh.
Dalam kehidupan di dunia ini, perlu ada keyakinan bahwa hanya Allâh satu-satunya pembimbing keluarganya mereka (QS. Al-Munâfiqûn/63: 9).
Keluarga sedemikian akan berkata, “rumahku adalah sorgaku”.
Maka menikah itu separoh dari agama, sebagaimana sabda Rasul Allâh SAW,
“Apabila telah nikah seseorang, maka ia benar-benar telah menyempurna-kan seruan agama. Maka hendaklah ia takut kepada Allâh pada separoh yang tinggal” (HR. Baihaqiy).
B. RUMUSAN MASALAH
1. APAKAH YANG DI MAKSUD DENGAN IBADAH NIKAH ?
2. APA SAJA DORONGAN UNTUK MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN ?
3. BAGAIMANA POSISI PEREMPUAN DALAM MASALAH PERNIKAHAN?
4. NILAI PENDIDIKAN APA SAJA YANG TERKANDUNG DALAM IBADAH NIKAH ?

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu
BAB I TENTANG PENDAHULUAN
Meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah dan sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM IBADAH NIKAH
Meliputi: pengertian nikah,
BAB III PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran

BAB II
NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM IBADAH NIKAH

A. PENGERTIAN NIKAH
Pernikahan adalah ibadah yang sakral. Mempunyai risiko hukum yang sangat memungkinkan terjadinya pengharaman pada waktu yang tidak kita sadari. Maka, harus diperhatikan dalam mengaplikasikan hadits berikut,
"Empat hal yang dibolehkan jika keempat hal itu diucapkan, yaitu : "Thalaq, memerdekakan (hamba sahaya), Nikah dan Nadzar."
Seperti diriwayatkan dari Umar RA., bahwa Ali bin Abi Thalib Karamallhu wajhahu, berkata; "Tidak ada gurauan dalam keempat hal itu."
Yang dimaksud dengan gurauan di sini adalah bermain-main dengan menyebut suatu ungkapan yang bukan pada tempatnya, seperti seorang berkata, "Aku nikahkan kamu dengan putriku", sementara ia sendiri tidak bermaksud menikahkan putrinya itu, dengan lawan bicaranya yang laki-laki tersebut. Demikian Ali bin Abi Thalib RA berpendapat dalam riwayat Umar dimaksud.
B. DORONGAN UNTUK MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN
Mengenai pernikahan ini Rasul Allâh, Muhammad SAW (570-632 H) , memberi dorongan kepada para Pemuda yang telah mampu, pesan itu diungkapkan dalam hadits berikut ini,
"Rasul Allâh SAW bersabda : "Wahai para pemuda, siapa saja di antara kamu sudah mampu (lahir dan bathin) untuk berkeluarga, maka kawinlah. Sesungguhnya hal yang demikian lebih memelihara pandangan mata, memelihara kehormatan, dan siapa yang belum mampu untuk berkeluarga, dianjurkan baginya untuk berpuasa, karena hal itu akan menjadi pelindung dari segala perbuatan memperturutkan syahwat." (HR. Mutafaqq `alaihi).
Dan Allâh meridhai akan hal ini, serta memberikan statemen yang patut diyakini yaitu; “Kesulitan dalam pelaksanaan nikah, sebagaimana firman Allâh: Yakinlah, jika kamu miskin Allâh akan memampukan kamu dengan karunia (rezki-Nya), dan Allâh Maha luas (pemberian-Nya).” (Bukhâriy, Jilid 3, Juz 7, halaman 8).
Dari kandungan hadits di atas, dapat disimpulkan;
a) Dorongan bagi generasi muda yang telah mampu lahir bathin untuk segera melangsungkan pernikahan dan berkeluarga.
b) Pernikahan itu lebih mampu memelihara kehormatan diri.
c) Dorongan untuk melakukan puasa, sunat bagi pemuda yang belum mampu kawin, untuk maksud membentengi diri dari syahwat.
Dorongan ini muncul karena pentingnya melangsungkan sebuah pernikahan yang akan melanggengkan kehidupan.
Bahkan, ketika manusia dalam keadaan berduka, berada dalam kemiskinan bukanlah penghalang untuk melangsungkan pernikahan, karena Allâh menjamin rizkinya.
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian – yakni, hendaklah laki-laki yang belum kawin atau perempuan- perempuan yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat kawin --, di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Nûr/24: 32).
Dengan demikian akan terjamin keseimbangan dalam kehidupan, yaitu suami-isteri.
Dianjurkan memilih calon isteri/suami yang jauh dari hubungan keluarga, seperti anjuran Umar bin Khaththab RA.,
"Aghribu wa lâ tadhawwu" (carilah yang jauh/asing dan jangan kamu menjadi lemah).
Hal ini akan menjadi satu perekat tali persaudaraan muslim semakin besar.
Bila sudah ada kemampuan, tetapi tidak mau melakukan pernikahan, akan mengundang bahaya, sebagaimana dipaparkan Rasul Allâh SAW,
"Yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam neraka adalah mulut dan kemaluannya." (HR. Al-Tirmidziy dan dia berkata hadits ini shahih).

Sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan, "Ada tiga faktor yang membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu, kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri sendiri." (HR. al-Tirmidziy).
Sabda Nabi Muhammad SAW, menyebutkan, "Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain." (Hadits Qudsi)
Dari bebrapa pedoman ini, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sangat mengecam pola hidup yang lebih menyukai membujang (celibat), yaitu hidup tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.
Islam juga melarang kalau keadaan tersebut terjadi dalam kondisi ia mampu untuk nikah, kecuali ada alasan biologis, seperti impoten .
Hidup membujangkan memberi peluang untuk berbuat serong, jauh dari fitrah manusia yang sesungguhnya, mudah jatuh kelobang zina.
Pantaslah Imam Ahmad mengatakan, "Aku tidak tahu ada dosa yang lebih besar setelah membunuh jiwa daripada zina".
Selanjutnya manusia akan berjuang untuk menghalalkan Zina seperti yang diprediksi oleh Rasul Allâh SAW berikut,
لَيَكُوْنَنَّ فِى أُمَّتِى أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْر َوَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِف َ"Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang (berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamar (segala yang dapat merusak akal), dan alat-alat musik !" (HR. Al-Bukhâriy).

Dengan peringatan-peringatan Rasul Allâh SAW di atas, maka beliau sekaligus membatasi pergaulan umatnya hal itu dapat kita ketahui pada hadits berikut:
لاَيَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ
"Janganlah sekali-kali (di antara kalian) berduaan dengan perempuan, kecuali dengan mahramnya." (HR. Al-Bukhâriy dan Muslim).
Dengan peringatan Nabi SAW ini, diantisipasi timbulnya pelanggaran hukum yang diharamkan, dan sekaligus merupakan perlindungan hak-hak setiap sendi kehidupan, baik pribadi muslim maupun antar manusia dengan Sang Khaliq.
Rasul Allâh SAW sendiri lewat hadits-hadits beliau telah menyatakan batasan-batasan tersebut sebagai syari`at (ketentuan agama Islam).
C. POSISI KAUM PEREMPUAN
Islam sangat menghormati kedudukan perempuan, "Sorga ditelapak kaki Ibu", artinya diterangkan oleh hadits lain, bahwa "Keridhaan Allâh terletak pada keridhaan kedua orang tua (ayah dan ayah).
Dalam masalah posisi perempuan ini, Nabi Muhammad SAW seakan memberikan penghormatan kepada perempuan (ibu) adalah tiga banding satu dengan kaum lelaki (ayah).
Selain itu, « perempuan adalah tiang negara, rusak perempuan maka rusaklah negara », demikian ungkapan Rasul Allâh SAW. Perempuan adalah ibu yang menjadi pendidik pertama dari generasi yang dilahirkannya.
Sebagai perempuan selayaknya kembali kepada fitrah yang telah digariskan penciptanya.
Kita patut mensyukuri, bahwa agama Islam telah mengembalikan fitrah kaum perempuan dari rongrongan kebiasaan jahiliyah dari kaum terdahulu, yang telah mengingkari kehadiran kaum perempuan, dan menganggap kedudukan perempuan sangat rendah.
Sejak awal kejadian Adam dan Hawa, iblis dan syaithan, selalu berusaha menjerumuskan suami (kaum lelaki) atas rayuan sang perempuan (isterinya), hal ini tercatat dalam sejarah kehidupan manusia.
Di samping hal tersebut, memang sudah menjadi skenario sang Pencipta, agar manusia dapat berkembang biak di atas bumi, namun satu hal telah terbukti sampai saat ini, di satu sisi bahwa kaum perempuan dapat berkemampuan menjadi penakluk kaum pria, selain dari mereka juga dicipta untuk memberikan ketenangan terhadap jiwa kaum pria (sang suami).
Inilah satu kenyataan, sampai sekarang, kaum perempuan berkemampuan menghidupkan suana hidup yang indah dan bahagia.
Ini terjadi, tentu harus dibimbing oleh nilai-nilai Islam yang luhur.
Masalah yang timbul di zaman modern di era globalisasi ini, karena didorong oleh paham kebebasan (liberalisme) dan kebendaan (materialisme), bahkan karena mengedepankan hak-hak yang mengutamakan kepentingan sendiri (individualisme), telah berdampak memenjarakan kembali kaum perempuan menjadi obyek pemuasan nafsu rendah, dari manusia yang tidak beretika religi (tidak berakhlak agama), menjadi mangsa dari porno aksi dan pornografi yang kemudian dianggap perempuan adalah bagian dari kreativitas seni semata.
Inilah sebuah bahaya yang lahir dari paham sekuler, di mana tidak lagi memikirkan kesejahteraan hidup, melainkan hanya memikirkan nilai jual yang kadang kala sangat merusak moral.
Maka sadar kembali kepada tuntunan Islam, berarti tidak berpaling dari kodrat sebagai kaum perempuan, yang mempunyai kelebihan dan kekurangan sesuai kehendak Pencipta, dengan memelajari Al-Qur’ân dan Sunnah, sebagai dinasehatkan oleh umm al-Mukminîn. jadilah isteri shalehah, inilah yang disenangi Rasul Allâh lewat sabdanya,
“Ada tiga hal yang sangat aku senangi di dunia ini, yaitu: Wangi-wangian, Isteri shalehah, dan ketenangan saat shalat.”(Imam Nawawi, 2005, hal. 75).
ِ
Kalau isteri kaya dalam hal harta benda, jika istri itu memiliki keikhlasan dengan senang hati menaruhkan hartanya kepada suaminya atas dasar kasih sayang, dan suami yang tadinya dalam keadaan miskin dan dengan amanah memelihara amanah dari istrinya, maka keduanya pasti akan mendapat dua pahala, satu pahala ibadah dan satu pahala sedekah, karena harta isteri merupakan hak isteri.
Shahabat Rasul Allâh SAW, yakni Umar bin al-Khatthab RA, juga pernah berkata,
“Sekiranya tidak takut dituduh mengetahui yang ghaib, tentulah aku mau bersaksi bahwa kelima golongan manusia ini adalah termasuk ahli surga, yaitu: a. Orang fakir yang menanggung nafkah keluarganya; b. perempuan yang suaminya ridha kepadanya; c. Isteri yang menshadaqahkan mahar/ maskawinnya kepada suaminya; d. Anak yang kedua orang tuanya ridha kepada dirinya; dan e. Orang yang bertobat dari kesalahannya.”
Demikian agama Islam mengajarkan umatnya, untuk selalu bersikap ridha dan syukur atas apa yang telah ditakdirkan oleh Allâh kepada mereka.
Dengan sikap ini pula dapat merasakan betapa indahnya kehidupan berkeluarga, dengan nikmat besar “rumahku adalah surgaku”.
Konsep-konsep demikianlah yang seharusnya dimunculkan oleh kaum perempuan pada masa ini, saling membutuhkan, dan memberi kemudahan dalam berbagai persoalan hidup yang dihadapi, Saling menjaga keutuhan rumah tangga.
D. NILAI PENDIDIKAN DALAM IBADAH NIKAH


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN


DAFTAR PUSTAKA