“ILMU JIWA BELAJAR AGAMA”
“FAKTOR EKSTERNAL DALAM INTERNALISASI
NILAI AGAMA”
NAMA
KELOMPOK 8:
Þ ISMI ZURNIAH
Þ ADE RAHMAWATI
Þ SITI ROSMAWATI
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
AL-KHAIRIYAH
CITANGKIL
– CILEGON
TAHUN PELAJARAN
2010
- 2011
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni’mat sehat
jasmani dan rohani kepada kita sehingga dapat menyelesaikan tugas kelompok ini
dengan baik.
Sholawat serta Salam tetap tercurah pada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW beserta Sahabat, Keluarga dan sampai kepada kita sebagai umat nya
yang telah membawa kita dari Zaman kebodohan kepada zaman yang penuh dengan
cahaya kebenaran dan modern.
Dengan adanya makalah “Faktor Eksternal dalam Internalisasi Nilai Agama” semoga
kita menjadi Guru yang selalu bertaqwa kepada Allah SWT dan apabila melakukan sesuatu harus jujur dan
jangan menjadi manusia yang lemah dan bermalas-malasan dalam bekerja dan selalu
berusaha untuk yang terbaik dalam hidup.
Sekian dari kami, apabila ada kesalahan ngetik atau kata-kata yang kurang
bagus mohon dima’lumi karena kita masih tahap belajar, sesungguhnya
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Cilegon, 6 Oktober 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I : Pendahuluan...................................................................................... 1
BAB
II : Pembahasan” Faktor Eksternal dalam Internalisasi Nilai Agama”.
2
- Faktor Eksternal dalam Internalisasi Nilai Agama ............................ 2
- Aspek Ajaran Agama Islam................................................................ 5
- Faktor Keberagamaan......................................................................... 6
BAB III :
Kesimpulan...................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Fitrah agama merupakan kemampuan dasar yang mengandung
kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang akan tetapi arah dan kualitas
perkembangan beragama anak sangat bergantung pada proses pendidikan yang diterimanya.
Perkembangan beragama seseorang sangat dipengaruhi
oleh faktor bawaan dan lingkungan, pada dasarnya secara hakiki. Setiap manusia
memiliki pembawaan agama (homo Relegious) secara alamiah mereka mempercayai
suatu zat yang mempunyai kekuatan diluar dirinya.
B.
RUMUSAN MASALAH
a.
Untuk Mengetahui Faktor Eksternal
dalam Internalisasi Nilai Agama
b.
Memperkuat Iman kepada Allah SWT
karena keagamaan sangat penting dalam kehidupan
c.
Mengetahui Dalil-dalil tentang
Agama
d.
Mengetahui Hikmah-hikmah yang ada
di Makalah tersebut
e.
Mengetahui cirri-ciri Mengetahui
keagamaan pada Anak
C.
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1.
Untuk Memperdalam Materi tentang
Faktor Eksternal dalam Internalisasi Nilai Agama
2.
Untuk mengetahui seberapa penting
Agama dalam kehidupan
3.
Dapat mengetahui seberapa faham
Keagamaan pada anak
BAB II
FAKTOR EKSTERNAL
DALAM
INTERNALISASI NILAI AGAMA
A.
Faktor Eksternal Dalam
Internalisasi Nilai Agama
Lingkungan keluarga merupakan faktor eksternal utama
yang ikut menentukan perkembangan keberagamaan seseorang. Orang tua sangat
penting dan dominan dalam menumbuh kembangkan anak.
Eksistensi Agama merupakan sarana pemenuhan kebutuhan
esoteris(mengontrol) manusia yang berfungsi untuk menetralisir tindakan. Tanpa
bantuan agama manusia senantiasa bingung dan gelisah dan berakibat manusia
tidak mampu memperoleh arti kebahagiaan.
Dalam Al-Qur’an disebutkan dengan mengingat Allah SWT
jiwa manusia akan tenang, Al-Qur’an sebagai petunjuk dan obat. Dalam Firman
Allah SWT:
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ûÈõuKôÜs?ur
Oßgç/qè=è% Ìø.ÉÎ/
«!$#
3 wr&
Ìò2ÉÎ/
«!$#
ûÈõyJôÜs? Ü>qè=à)ø9$# ÇËÑÈ
Artinya:”(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.( QS.Ar-Rad : 28)
kr'¯»tا â¨$¨Z9$#
ôs%
Nä3ø?uä!$y_
×psàÏãöq¨B
`ÏiB
öNà6În/§
Öä!$xÿÏ©ur
$yJÏj9
Îû
ÍrßÁ9$#
Yèdur
×puH÷quur
tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9
ÇÎÐÈ
Artinya:”Hai
manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.(
QS.Yunus : 57)
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõr& (#qä9$s)©9 wöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»t#uä
( @ÏJygõ#uä
@Î1ttãur 3 ö@è%
uqèd
úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( úïÏ%©!$#ur w cqãYÏB÷sã þÎû
öNÎgÏR#s#uä
Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã 4 Í´¯»s9'ré&
c÷ry$uZã `ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
Artinya:”Dan Jikalau
kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah
mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah
(patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang
mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan,
sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah (seperti)
yang dipanggil dari tempat yang jauh". (QS.Fushilat : 44[1])
Dalam memahami islam sebagai sebuah agama, terdapat 3
paradigma yang dikembangkan yaitu:
1.
agama dalam dimensi subjektif
yaitu kesadaran keimanan umat (aqidah)
2.
agama dalam kondisi objektif yaitu
berupa amaliah (akhlak)
3.
agama dalam dimensi simbolik yaitu
ajaran keagamaan atau disebut syariat.
Ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan
integral, apabila perilaku umat islam tidak mampu mencerminkan tersebut maka
tidak akan mampu menghayati dan menjadikan agama islam sebagai alternative
dalam persoalan yang dihadapi.
Agar manusia mampu menghayati agamanya dengan baik
maka harus dijadikan islam sebagai acuan kehidupannya secara keseluruhan.
Firman Allah SWT:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=äz÷$# Îû ÉOù=Åb¡9$# Zp©ù!$2
wur
(#qãèÎ6®Ks? ÅVºuqäÜäz Ç`»sÜø¤±9$#
4 ¼çm¯RÎ) öNà6s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇËÉÑÈ
Artinya:”Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.(
QS.Al-Baqarah: 208)
Dalam perkembangan hal keagamaan pada anak, maka orang
tua harus mengetahui ciri-cirinya:
a.
sifat keberagamaan anak masih bersifat
reseptif (menerima)meskipun banyak bertanya, maka orangtua sebagai contoh bagi
pola imitasi keagamaan anak
b.
pandangan keagamaannya bersifat
antropomorph (dipersonifikasikan)
c.
penghayatan secara rohaniah masih
super fisial (belum mendalam) meskipun anak telah melakukan dalam kegiatan
ritual
d.
hal ketuhanan masih bersifat
idiosyncratic (menurut hayalan).
Sebagian orang tua sudah memperkenalkan nilai
spiritual (keagamaan) sejak masih dalam
kandungan, untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit,
apalagi berhubungan dengan psikis ruhani. Perkembangan agama bermula sejak
Allah meniupkan ruh pada bayi tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia
dengan Allah SWT.
Tahapan
Perkembangan beragama pada anak sejalan dengan kecerdasan perkembangan jiwanya
sebagai berikut:
a)
The Fairly Tale Stage (Tingkat
Dongeng) pada tahap ini untuk anak yang beusia 3-6 tahun. Konsep mengenai tuhan
banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosisehingga dalam menanggapi agama anak
masih menggunakan konsep fantastic yang dilengkapi dengan dongeng yang kurang
masuk akal.
b)
The Realistic Stage (Tingkat
Kepercayaan) tahap ini dimulai dari usia masuk sekolah 7 tahun. Ide-ide tentang
tuhan telah tercermin dalam konsep yang realistis dan biasanya muncul dari
lembaga agama atau pengajaran prang dewasa.
c)
The Individual Stage (Tingkat
Individu ) anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi sejalan dengan
usianya.[2]
Langkah awal yaitu memahami kondisi psikologi anak,
dengan demikian penanaman nilai-nilai agama disesuaikan dengan usia dan
kondisi, orang tua sebagai Pembina pribadi yang terlebih dahulu.
Orang tua harus mengalokasikan waktu yang cukup untuk
memberikan kesempatan bagi anak berinteraksi serta meresapi sikap islami dalam
keseharian. Persoalannya secara factual tidak semua orang dapat memenuhi
criteria memiliki wawasan pengetahuan yang cukup, dalam situasi ini orangtua
perlu mengambil upaya mengantar anak menuju pintu gerbang masa depan yang
cerah, sehat dan agamis yaitu:
Pertama, mendatangkan guru privat agama pada waktu anak berusia
dibawah 12 tahun untuk mengajarkan nilai-nilai dasar islam termasuk tatacara
membaca Al-Qur’an, Hadits dan makna kandungan dari dalil tersebut.
Kedua, orangtua apabila menyekolahkan anak di SMP atau SMU harus
dilembaga islam yang semacam pesantren modern yang berkualitas.
B.
Aspek Ajaran Agama Islam
1.
Keimanan
Hidup manusia tidak selamanya berjalan lurus,
adakalanya goncangan hadir dalam langkah kehidupan manusia. Apabila
kepribadiannya terkandung unsure keimanan yang teguh, utuh dan jiwanya sehat ia
akan menghadapinya dengan tenang.
Unsur penting untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan kejiwaan adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran
agama. Iman dijadikan sebagai prinsip pokok dalam ajaran islam, menjadi
pengendali sikap, tindakan, ucapan, dan perbuatan.
Orang yang percaya adanya tuhan tidak akan merasa
kesepian dimanapun berada, keimanan akan menentramkan hati karena ada tempat
mengeluh dan mengungkapkan segala perasaan hati.
2.
Shalat
Hubungan antara shalat dengan kesehatan mental telah diketahui dan
dirasakan oleh banyak orang, hal ini berdasarkan QS.Al-Mu’minun:1-2
ôs%
yxn=øùr&
tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd
Îû öNÍkÍEx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
Artinya:”1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya,”
dan hadits yang artinya:” sesungguhnya shalat itu adalah ketenangan
dan kerendahan hati” [3]
3.
Puasa
Terdapat sikap hidup dengan dikembangkannya puasa yaitu: mengendalikan
diri terhadap hawa nafsu dan dorongan jahat yang ada dalam diri manusia, dan
mengembangkan serta meningkatkan mengarahkan diri terhadap hal-hal yang serba
baik dan di Ridhainya.
Dengan berpuasa orang
akan menjadi sadar, yakin dan sabar
melatih dirinya dalam menahan lapar dan haus serta menahan segala keinginan
hawa nafsu dalam jangka waktu tertentu.
Dalam dunia Tasawuf
dikenal 3 langkah yang dihubungkan dengan usaha kesehatan mental yaitu: Takhalli
ialah usaha mengosongkan diri dari segala perbuatan yang tidak baik. Tahalli
ialah dengan mengisi diri seseorang dengan perbuatan atau tingkah laku yang
baik. Tajalli ialah kondisi dimana seseorang benar-benar sempurna yang
berimplikasi pada kesehatan mental.
C.
Faktor Keberagamaan
Robert H.Thouless[4]
mengemukakan 4 faktor keberagamaan yaitu:
1.
Pengaruh-pengaruh Sosial
2.
Berbagai pengalaman
3.
Kebutuhan akan keselamatan,
kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang
timbul karena adanya kematian
4.
Proses Pemikiran
Menurut Buya Hamka [5]
menjelaskan dalam suatu pembahasan tentang mencari Tuhan dalam keindahan alam
dengan berdasarkan Firman Allah SWT QS.Ali Imran 190-191:
cÎ)
Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@ø©9$#
Í$pk¨]9$#ur
;M»tUy Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãä.õt ©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur 4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_ tbrã¤6xÿtGtur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ/u $tB |Mø)n=yz
#x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
Artinya:”190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka
peliharalah kami dari siksa neraka.
BAB III
KESIMPULAN
Lingkungan keluarga merupakan faktor eksternal utama
yang ikut menentukan perkembangan keberagamaan seseorang. Orang tua sangat
penting dan dominan dalam menumbuh kembangkan anak.
Dalam perkembangan hal keagamaan pada anak, maka orang
tua harus mengetahui ciri-cirinya:
- sifat keberagamaan anak masih bersifat reseptif (menerima)meskipun
banyak bertanya, maka orangtua sebagai contoh bagi pola imitasi keagamaan anak
- pandangan keagamaannya bersifat antropomorph (dipersonifikasikan)
- penghayatan secara rohaniah masih super fisial (belum mendalam)
meskipun anak telah melakukan dalam kegiatan ritual
- hal ketuhanan masih bersifat idiosyncratic (menurut hayalan).
Aspek Ajaran Agama Islam:
-
Keimanan
-
Shalat
-
Puasa
Faktor Keberagamaan:
Robert H.Thouless mengemukakan 4 faktor keberagamaan
yaitu:
o
Pengaruh-pengaruh Sosial
o
Berbagai pengalaman
o
Kebutuhan akan keselamatan,
kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang
timbul karena adanya kematian
o
Proses Pemikiran
DAFTAR PUSTAKA
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Belajar, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Al-‘Aliyy, Al-Qur’an Al-Karim, Diponegoro, Bandung, 2005
Imam Ghazali, Hikmah dan Rahasia
Shalat, alih bahasa: A.Hunaf Ibriy,
Tiga Dua, Surabaya 1995
Rahmat Djatnika, Shalat sebagai
Pengendali Mental, Al-Ikhlas, Surabaya
1983
Hamka, Filsafat Ketuhanan, Karunia, Surabaya
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004